Voucher Kehidupan

Bagi sebagian besar dari kita, istilah voucher tentunya sudah tidak asing lagi. Paling tidak kita tahu tentang voucher pulsa, maklum HP kita-kita kan sebagian besar nomornya adalah prepaid, apapun itu operatornya.

Sebenarnya, tanpa kita sadari setiap hari kita juga mendapatkan voucher, voucher ini sudah pasti ada nilainya dan ada masa berlakunya juga. Voucher ini bernilai 86.400, masa berlakunya mulai jam nol sampai jam 24 tiap hari, dan yang pasti klo udah kadaluarsa maka angus and nggak bisa direfund. Voucher ini bernama waktu.
Tiap hari kita berlomba dan berusaha untuk membelanjakannya. Ada yang membelanjakannya untuk kesenangan saat itu saja, ada yang membelanjakannya untuk kebutuhan masa datangnya, ada pula yang membelanjakan untuk investasi masa depannya and tentu saja ada yang terbuang percuma alias angus.
Yang perlu kita sadari adalah bahwa voucher ini tidak pernah bisa diupgrade, nilainya cuman segitu saja maksimal 86.400. Nggak mungkin lebih tapi bisa kurang.
Padahal kita kadang nggak tahu berapa kebutuhan kita untuk tiap harinya, apakah voucher segitu cukup atau tidak.
Maka dari itu mari kita manfaatkan voucher ini sebaik-baiknya untuk mencukupi kebutuhan kita saat ini, untuk investasi masa datang dan tentu saja untuk masa depan. Satu hal yang pasti, kita tidak pernah tahu, sampai kapan kita akan menerima voucher ini.

Mempererat Kembali Tali Ukhuwah

Salah satu urgensi syari’at Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah bahwa Kaum muslimin adalah bersaudara dan ummat yang satu, yang berkumpul baik dalam susah maupun dalam senang. Kehidupan dibangun dengan kekuatan, ketinggian, dan kemuliaan diatas jalan Allah SWT. Islam mengajak kedalam kalimat yang satu, baik itu dalam bidang politik, hukum, konstitusi, ekonomi dan sosial, pendidikan dan pengajaran, informasi, jihad, menjaga hak-hak umum dan khusus. Al-Qur’an telah menjelaskan dasar persatuan ummat, melarang perselisihan yang menjurus kepada perpecahan.

Al-Qur’an telah memperingatkan kita akan bahaya perpecahan yang memberi peluang kepada pihak lain. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali(agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai dan ingatlah akan nikmat Allah ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” (Q.S Ali Imran:103). Fakta yang mungkin kita lihat sekarang adalah diantara kita sering terjadi perselisihan yang disebabkan oleh perbedaan yang sebagian kita sepakat merupakan hal yang khilafiah. Yang lebih kita khawatirkan lagi perselisihan itu sudah menjurus kepada perpecahan ummat. Ummat sudah mulai membentuk firqah-firqah/golongan-golongan yang masing-masing mempunyai rasa superioritas yang tinggi atas golongan yang lain. Marilah kita tengok peringatan Allah dalam Al-Qur’an : “Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggungjawabmu terhadap mereka, sesungguhnya urusan mereka terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” Q.S Al-An’am:159

Kita tidak perlu mencari-cari siapakah firqah/golongan yang dimaksud dalam ayat diatas pada saat ini. Ada baiknya kita mencoba bercermin kepada diri kita sendiri, apakah selama ini kita telah berpijak diatas agama Allah dengan benar. Dalam ayat yang lain lebih jelas lagi sindiran dari Allah : “Sesungguhnya(agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah-belah menjadi beberapa pecahan, tiap-tiap golongan merasa bangga terhadap apa yang ada pada sisi mereka. Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai satu waktu.” Q.S Al-Mu’minuun:52-54

Sebagai contoh kecil adalah masalah perbedaan penetapan awal ramadhan yang kemarin dan ini bukanlah hal yang baru, karena sudah berlangsung juga bertahun-tahun yang lalu. Ada baiknya kita berbaik sangka kepada saudara-saudara kita keluarga besar Ahlussunnah yang tetap berpegang teguh kepada hasil rukyatul hilal yang dilakukan di pantai Tuban, Pelabuhan Ratu dan beberapa tempat yang lain, karena memang mereka belum bisa melihat hilal tanda bulan baru. Dan ada baiknya pula kita berbaik sangka kepada saudara-saudara kita yang lain yang berpegang teguh kepada hisab (rukyat bil ilmi) yang menurut perhitungan mereka bahwa seharusnya hilal sudah terlihat karena sudah diatas ufuk. Mungkin kebetulan juga ternyata hasil rukyatul hilal beda dengan penetapan di Arab Saudi. Namun demikian kita tidak perlu menganggap mereka ‘nyleneh’ alias lain sendiri. Sebagian besar ulama di Indonesia (dalam hal ini MUI) dalam masalah penentuan awal bulan Qamariah menggunakan rukyat dan hilal dengan prinsip ‘Wilayatul Hukmi’ artinya bila hisab ataupun rukyat disalah satu wilayah Indonesia menyatakan suatu saat adalah sudah masuk tanggal baru, maka hal itu berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia. Dalam prinsip ‘Wilayatul Hukmi’ memungkinkan penetapan awal bulan baru kita berbeda dengan Arab Saudi dan mungkin dengan wilayah-wilayah yang lain yang terletak pada bujur yang berbeda. Apakah pada zaman rasul atau zaman sahabat pernah terjadi perbedaan seperti itu ??? kalau pada saat rasul masih hidup, saya belum menemukan riwayat hal yang demikian. Namun dalam Shahih Muslim ada sebuah riwayat tentang seorang yang bernama Kuraib yang disuruh untuk pergi ke Syam menemui Mu’awiyah. Ia berangkat menjelang masuknya bulan Ramadhan, ternyata pada tahun itu saat akhir bulan sya’ban hilal untuk awal bulan Ramadhan dapat dilihat di Syam, namun belum dapat dilihat di Madinah. Sehingga Ramadhan di Syam lebih dulu satu hari(perhitungan matahari) dari di Madinah. Ketika ia kembali ke Madinah ia bertemu dengan Ibnu Abbas. Ibnu Abbas bertanya kepadanya kapan hilal awal ramadhan muncul di Syam. Ia menjawab bahwa ia mengawali ramadhan di suatu saat yang ternyata lebih dulu daripada di Madinah. Kemudian ia pun balik bertanya kepada Ibnu Abbas, kenapa tidak mengikuti penduduk Syam yang dapat melihat hilal. Ibnu Abbas menjawab “Demikianlah Rasulullah memerintahkan kepada kami”. Hadist lengkapnya bisa dibaca di Shahih Muslim bab Shaum Ramadhan Pasal Penentuan Awal Ramadhan. Sebenarnya ada hikmah yang dapat kita ambil dari perbedaan penentuan awal ramadhan kemarin. Bagi yang menggunakan rukyat harus mengadakan evaluasi pada pelaksanaan rukyatnya, apakah mereka sudah melakukan dengan benar atau mungkin dengan lebih meningkatkan peralatan dan memperbanyak tempat-tempat pelaksanaan rukyat. Demikian juga bagi yang menggunakan hisab. Karena seharusnya hasil hisab dan rukyat yang dilakukan pada satu tempat adalah sama. Hal ini berdasarkan firman Allah : “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” Q.S Yaasiin:38-40

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram [640]. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri [641] kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” Q.S At-Taubah:36

Sehingga diharapkan pada masa yang akan datang perbedaan-perbedaan seperti ini tidak terjadi lagi. Baru-baru ini Mesir mengorbitkan sebuah satelit yang diberi nama ‘Al-Hilal’ yang diharapkan nantinya dapat membantu menentukan awal bulan baru di semua negara.

Maha Suci Allah yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kita kembali.

Petani, Nasibmu Kini

Petani, kalau kita mendengar kata itu pastilah konotasi dan angan-angan kita akan menuju ke sebuah kehidupan di pedesaan. Kehidupan yang penuh dengan kesederhanaan, penuh dengan kedamaian, hidup dalam keheningan yang jauh dari segala kebisingan.

Petani adalah sosok yang sering kali dilupakan, mulai dari warung-warung nasi pinggir jalan sampai restoran-restoran mewah di gedung-gedung perkantoran. Mungkin kita memang sering melupakannya, karena kita makan sambil berbincang tentang kita-kita sendiri. Dalam situasi krisis seperti ini sepertinya mereka seperti “korban” sekaligus “terdakwa”. Bagaimana tidak, meskipun harga sembako yang tinggi menjulang di pasaran namun tidak lantas petani beroleh banyak keuntungan. Tidak mereka menjual hasil keringat dan ayunan kaki dan tangan mereka tidak jauh dari sebelumnya.

Petani memang jarang mengambil keuntungan. Kadang mereka lebih memilih sedikit keuntungan dengan sekeranjang kepuasan akan kemurahan hati yang ia berikan. Mungkin ia mau berkata “Biarlah Tuhan yang mengatur segalanya”.

Sebagian besar petani di desa-desa memang berpendidikan rendah, meskipun tidak jarang di tempat saya ada insinyur pertanian yang ikut macul (nyangkul di sawah). Kadang para petani sering dijadikan pancatan (tempat berpijak) oleh orang-orang yang ingin mengeruk keuntungan. Prinsip nriman, seperti orang jawa mungkin seperti itulah sifat mereka.

Petani adalah sosok yang tidak sombong, tidak adigang adigung dan adiguna kata orang jawa. Tidak merasa punya kelebihan karena punya peranan.

Mungkin suatu saat akan tiba masanya, para petani akan memakai dasi, naik mobil mercy. Mereka akan menanam tebu diatas gedung-gedung tinggi, menyebar benih padi diantara aspal-aspal, menanam jagung di trotoar-trotoar bahkan mungkin suatu saat nanti mereka akan menuai padi sambil memakai dasi.

Nasehat Tanpa Kata-kata

 

Kalau mendengar kata ‘nasehat’, biasanya persepsi kita akan terbawa kepada ucapan bijak orang-orang terkenal, perkataan orang-orang yang kita hormati atau sekedar petuah dari orang-orang pandai.

Tidak semua orang mampu menyampaikan maksud hatinya ataupun menyampaikan keinginan dalam hatinya dengan kata-kata.

Tidak semua orang mampu merangkai kata-kata yang dengan mudah orang bisa menangkap maksudnya.

Mungkin hanya politikus atau polikucing yang mampu melakukannya karena memang tugas utamanya adalah untuk menarik simpati dari massa pendukungnya.

Begitu sulitnya merangkai kata-kata ini hingga seorang Musa pun ketika ia diperintahkan untuk berdakwah kepada Firaun dia berdoa “Ya Tuhanku bukalah kebekuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”.

Namun demikian apakah suatu nasehat harus dengan kata-kata?

Coba perhatikan sekeliling anda, perhatikan apa-apa yang dikerjakan oleh teman anda, perhatikan apa yang terjadi di lingkungan anda.

Boleh jadi apa yang dikerjakan oleh teman merupakan usaha dia untuk memberi nasehat kepada anda. Dia melakukan itu mungkin karena dia merasa belum bisa merangkai kata-kata yang pas dan cocok untuk mengingatkan anda. Begitu pula sebaliknya, anda bisa melakukan hal yang sama kepada orang lain bila anda juga belum bisa mendapatkan kata-kata yang cocok untuk memberi nasehat kepada teman anda.

Yang kita butuhkan memang bukan sekedar orang-orang yang mampu ‘bertindak dengan kata-kata’ seperti yang sekarang banyak kita jumpai dalam kehidupan kita. Namun lebih dari itu kita lebih memerlukan orang-orang yang mampu ‘berkata-kata dengan tindakan’.

Sebagaimana pengalaman adalah guru yang paling baik, maka kehidupan adalah nasehat yang paling bijaksana.

#48 : Al-Fath (kemenangan)

Surat Al-fath secara urutan adalah surat yg ke-48, berisi 29 ayat kira-kira ada 4 halaman kalau di Al-Quran pojok. Terjemahan dari nama surat itu adalah ‘kemenangan’ yang merujuk kepada beberapa kalimah ‘Fath’ dalam surat ini. Dimana di ayat-1 disebutkan sebagai ‘kemenangan yg nyata’ – sebagian ahli tafsir seperti Ibnu Katsir menunjuk kepada perjanjian hudaibiyah. Sedangkan di ayat-27 ada penyebutan tentang ‘kemenangan yg dekat’ yang merujuk kepada penaklukan khaibar.

Saya masih ingat suatu ketika imam shalat jumat di kantor membacakan surat ini di rakaat pertama dari ayat 1 sampai dengan ayat 29 kira2 lebih dari 15 menit. Saya juga ingat beberapa dari kami di shaf paling depan juga menitikan air mata ketika ayat demi ayat dari surat ini dibaca. Bagi yg sedikit mengerti bahasa arab ayat2 dalam surat ini memang mudah dimengerti berisi janji2 Allah akan kemenangan buat orang2 beriman.

Di Youtube juga bisa dijumpai recital dari beberapa Qori’ international baik dari studio maupun ketika shalat berjamaah, salah satunya tentu saja adalah sheikh Mishary yg membuat ratusan makmum yang berdiri dibelakang beliaupun sampai menitikan airmata mendengarkan alunan ayat demi ayat yang beliau bacakan.

Sedikit tentang asbabun nuzul dari beberapa ayat di dalamnya antara lain sebagaimana hadist yg di keluarkan oleh At-Tirmidzi dan Al-Hakim, dari Annas berkata : “ Telah diturunkan kepada Nabi SAW <Li yaghfiralakallahu (ayat:2)> ketika kembali dari perjanjian Hudaibiyah, kemudian Nabi SAW bersabda :’ Sungguh telah diturunkan kepadaku ayat yang lebih aku sukai dari apa2 yang ada dibumi’”. Di dalam surat ini juga ada asbabun nuzul tentang ‘baiat ar-ridhwan’ yang kisah detailnya bisa dicari dibeberapa literatur.

Frankly speaking surat ini termasuk mudah dihafal, selain karena keindahan susunan ayatnya, makna dan semangat akan janji kemenangan bagi orang2 beriman menjadikan daya tarik sendiri yang mudah diingat.

3 (tiga) hal (lagi) yang sulit ditemukan diakhir zaman

Suatu ketika, saat singgah di kota solo dalam rangka tugas kantor, seperti biasa saya selalu menyempatkan diri untuk ‘ngeluyur’ sendirian untuk sekedar cari makan malam dan ngobrol2 dengan bapak2 yang biasanya jg ‘cangkrukan’ di warung. Karena malam sudah larut akhirnya tinggallah saya dan bapak penjual yang tersisa di tempat itu. Ngobrol ngalor-ngidul dan tak jarang diselingi guyon serta sesekali bahasa jawa ‘alus’ saya, sempat melupakan kami dengan malam yg semakin larut.

Tibalah waktunya buat kami berpisah, setelah menyerahkan uang untuk makan malam beserta minuman dan krupuk, tak lama kemudian bapak penjual pun sudah menyodorkan uang kembalian kepada saya. Dan seperti biasa, saya tak pernah menghitung uang kembalian itu.

Dan berjalanlah saya menyusuri malam itu untuk kembali ke hotel tempat saya menginap. Setelah beberapa lama berjalan, sayup2 saya spt mendengar ada orang memanggil-manggil, dan ditengah kegelapan malam saya melihat sesosok orang yang berlari-lari kecil mendekati saya yang tak lain dan tak bukan adalah bapak penjual tadi. Sambil menyodorkan uang rp. 500 perak beliau pun berkata, “Mas, nuwun sewu uang kembalian dari saya tadi kurang rp. 500, ini uangnya”. Hanya untuk rp. 500 yang mungkin buat orang2 diperkotaan tidak berarti, tp beliaupun rela berlari untuk mengembalikan sesuatu yang bukan haknya. Meskipun saya sudah berusaha menolak dan mengatakan bahwa saya mengikhlaskannya, beliau pun tetap menolaknya. Sungguh suatu kejujuran yang sulit ditemukan dimasa sekarang.

Khusus malam itu, saya merasa kiamat masih amat jauh, karena sesuai dengan hadist rosul, “Akan tiba diakhir zaman nanti, suatu masa dimana 3 (hal) akan sulit ditemukan yaitu : uang/harta yang halal, sahabat/teman yang setia dan sunnah yang dilaksanakan”

3 (tiga) kata indah yang sering terlupa

Masyarakat kita adalah masyarakat yang terkenal dengan budaya santunnya. Budaya santun ini salah satunya tercermin pada kelembutan tutur kata dan bahasa lisan yang ramah.

Namun demikian ada beberapa tutur kata yang mencerminkan budaya santun yang akhir-akhir ini sering dilupakan oleh banyak orang (dan kita mungkin termasuk salah satunya…upssss..) kata-kata yang sering terlupakan itu adalah :

1. Terima kasih

Tak jarang setelah seseorang berjasa atau berbuat sesuatu yang bermanfaat kepada kita, kita lupa untuk mengucapkan kata ini.

Kalo bahasa gaulnya mungkin cukup dengan ‘thanks ya bo…! Elu udah bantuin.. ☺’

Dalam kata ‘terima kasih’ terkandung nilai psikologi bahwa orang yang menerima ucapan tersebut merasa usahanya dihargai, dan itu adalah salah satu bentuk imbalan atas usahanya tersebut.

Sebagaimana selalu ada obat untuk setiap penyakit, selalu ada balasan untuk setiap perbuatan dan tentu selalu ada imbalan atas setiap pekerjaan :) Satu hal yang mungkin jangan sampai terlupa adalah berterima kasih kepada Tuhan sang prima causa dalam bentuk bersyukur atas segala karunianya.

“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”

2. Maaf

Kata yang juga sering kita lupa adalah kata ‘Maaf’. Tak jarang setelah kita lalai melakukan sesuatu atau melakukan sebuah kesalahan yang bisa menyinggung perasaan atau merugikan orang lain, kita lupa untuk mengucapkan kata ‘maaf’. Padahal dalam kata ‘maaf’ terkandung nilai psikologi yang dalam untuk meredam kekesalan orang yang dirugikan. Kata ‘maaf’ mungkin cukup diucapkan dengan bahasa yang lugas dan tidak ada salahnya pula dengan bahasa gaul, seperti kata ‘sorry prend’ (yang biasa kita dengar dari salah satu sodara kita ☺ ). Namun yang lebih utama adalah bahwa kata maaf itu muncul dari hati yang tulus dan diiringi dengan senyum yang ikhlas.

“Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema’afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema’afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat) kepada yang memberi ma’af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat“.

3. Tolong

Kata yang lain yang kita kadang terlupa adalah kata ‘tolong’. Sebagai seorang individu yang merupakan bagian dari sebuah masyarakat, adalah suatu hal yang lumrah bahwa kita tidak akan bisa mencukupi atau memenuhi semua kebutuhan kita sendiri. Kita pasti memerlukan orang lain yang bisa membantu kita memenuhi sebagian keperluan kita tersebut. Tak jarang kita tidak bisa membedakan antara menyuruh atau memerintah dengan meminta tolong. Padahal alangkah indahnya kata tolong tersebut. Dalam kata ‘tolong’ terkandung psikologi bahwa orang yang dimintai pertolongan merasa dibutuhkan dan merasa dipentingkan, bagi sebagian besar orang perasaan tersebut sangat membahagiakan hatinya. Apalagi bila diucapkan dengan lembut.

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”

Bukankah kata-kata diatas adalah kata-kata yang indah? Terlalu berharga dan terlalu manis untuk dilupakan.

Bahasa yang lembut dan tutur kata yang indah dan santun adalah salah satu wujud ketundukan hati serta martabat bagi yang mengucapkannya.

Semoga kita tak lagi melupakannya…

Rusia Akhirnya Tak Tahan Juga

Selain Indonesia, Rusia mungkin juga salah satu negara yang paling merana di dekade 90an. Bagaimana tidak, setelah runtuhnya Uni Soviet yang mengakibatkan buyarnya negeri terluas di bumi dengan hampir 22 juta kilometer daratan (indonesia hanya 1.9 juta kilometer luasnya), Rusia mewarisi hampir semua masalah peninggalan dari Uni Soviet. Negara yang meliputi hampir tujuh zona waktu itu mulai dari kiev sampai semenanjung kamchatskaya di tepi selat bering pecah berkeping-keping dengan menyisakan Rusia sebagai bagian terbesarnya yang meliputi luas hampir 17 juta kilometer (masih terluas di bumi juga sih :) ).

Rusia memang layak mewarisi tradisi Soviet, ketika negara2 maju lain dan negara berkembang lain serta negara susah lain (termasuk Indonesia) kelimpungan karena melambungnya harga minyak, Rusia justru pesta pora karenanya. Hal ini tak lain dan tak bukan karena langkah berani dari pemerintah Rusia dalam mengambil alih beberapa aset perusahaan minyak yang ada disana (sepertinya perlu ditiru Indonesia neh…).

Kembali ke soal tradisi Soviet, dengan uang yang melimpah hasil minyak, Rusia mulai menghidupkan kembali armada2 militernya dibeberapa pangkalan strategis. Mulai dari pangkalan laut hitam, hingga pangkalan laut utara dan selat bering yang berbatasan dengan musuh bebuyutannya yaitu AS. Rusia juga kembali menghidupkan armada patroli udara dengan Tu-95 yang mampu terbang dari laut Baltic hingga ke selat bering dan balik lagi ke laut Baltic. Sesuatu yang tentunya membuat AS dan sekutunya semakin miris.

AS dan sekutunya lewat NATOnya boleh saja mengepung Rusia dari segala penjuru dengan pangkalan rudal pertahanan dimana-mana, tapi tetap saja jantung Rusia masih terlalu jauh dari sana. Rusia mungkin selama ini berusaha memendam amarahnya terhadap NATO atas aggresivitas NATO untuk mengajak bergabung negara2 bekas Soviet kesana. Tapi Rusia tetaplah Rusia..beruang merah tetaplah beruang merah…dan bila saatnya tiba tidak ada yg bisa menghalanginya. Dan korban pertamanya adalah Georgia, bekas Soviet jg. AS dan NATO pun tak mampu berbuat banyak. Satu hal yang pasti meski Rusia berjanji menarik diri dari Georgia, ini sebenarnya hanyalah gertakan saja buat AS dan sekutunya, bahwa Rusia ternyata masih negara adidaya. Kita tunggu gertakan2 Rusia selanjutnya…

Jagal Hilang, Jagal Terbilang

Tahun 2008 ini sepertinya pantas dijuluki sebagai tahun eksekusi, hingga akhir juli setidaknya sudah 4 orang yang menghadapi regu tembak. Capital punishment, hukuman mati meski banyak yang kontra dan menentang tetap saja tidak layak dihapuskan. Dengan alasan apapun entah itu hak asasi manusia atau hak hidup tetap saja tidak bisa menggugurkan keberadaan hukuman mati. Di beberapa belahan dunia lain memang mungkin ada yang menghapuskan keberadaannya, itu soal lain dan tentunya mereka punya alasan dan pertimbangan tersendiri juga. Saya masih ingat pada tahun 2006, negara bagian Texas, USA melakukan eksekusi terhadap seorang terpidana mati dengan suntikan maut, keesokan harinya banyak protes dan keberatan dilayangkan oleh beberapa negara eropa terhadap pelaksanaan eksekusi itu dan dengan enteng pula gubernur Texas lewat juru bicaranya menjawab dengan mengatakan bahwa akan lebih baik kalo negara eropa mengurusi urusannya sendiri dan berusaha mengurangi tingkat kejahatan di wilayahnya yang semakin meningkat. Keberanian dan ketegasan seperti yang dilakukan gubernur Texas ini lah yang seharusnya dimiliki oleh para eksekutif dan yudikatif di negara ini.

Para penentang hukuman mati sebagian besar beralasan bahwa hanya tuhan yang berhak mengakhiri hidup seseorang. Sebenarnya ada yang janggal dengan pernyataan ini, bukankah para terpidana mati, yang sebagian besar karena pembunuhan berencana tersebut juga sudah bertindak seolah-olah sebagai tuhan dengan menghilangkan nyawa orang lain? Sesuatu yang tidak balance dan alasan yang amat sulit dipertanggungjawabkan. Nyawa memang sangat berharga, sebagaimana dalam firman Allah surah Al-Maidah-32: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” Penghargaan akan hidup akan membuat orang berpikir seribu kali sebelum membunuh orang lain tanpa alasan yang haq tentunya.

Alasan yang lain adalah karena mereka beranggapan bahwa tujuan utama pemberlakuan hukuman mati untuk menimbulkan efek jera ternyata gagal dan tidak membuahkan hasil. Dari tahun ke tahun tingkat kriminal yg disertai pembunuhan berencana semakin banyak. Namun, kita harus ingat pula, apakah memang tujuan pemberlakuan hukuman mati hanya untuk efek jera? Tentu tidak. Efek jera hanyalah salah satu tujuan saja, ada tujuan utama lain yaitu pelaksanaan prinsip hukum dan keadilan. Prinsip hukum dan keadilan inilah yang akan menjamin kelangsungan hidup masyarakat, “Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa” (Al-Baqarah:179).

Polemik yang mungkin masih dan lebih perlu diperdebatkan adalah tentang kejahatan, kriminal atau pelanggaran apa saja yg bisa diancamkan dengan dead penalty. Mungkin bisa saja dikurangi atau bahkan ditambah sebagaimana wacana hukuman mati untuk para koruptor. Pertimbangan tentu harus dilakukan dengan matang dan menggunakan dasar yang jelas.

How Islamic inventors changed the world

Ditengah ramenya film “fitna”, satu hal yang bisa ditarik kesimpulan adalah betapa terdesaknya “bongso walondo” (kalau kata joko sambang si pendekar gunung gangsir) terhadap budaya dan nilai-nilai islam. Namun tanpa mereka sadari, sebenarnya beberapa sendi kehidupan mereka yang ada sekarang sebenarnya adalah hasil dari budaya dan pemikiran umat-umat islam terdahulu.

taken from http://www.independent.co.uk/news/science/how-islamic-inventors-changed-the-world-469452.html

From coffee to cheques and the three-course meal, the Muslim world has given us many innovations that we take for granted in daily life. As a new exhibition opens, Paul Vallely nominates 20 of the most influential- and identifies the men of genius behind them

1 The story goes that an Arab named Khalid was tending his goats in the Kaffa region of southern Ethiopia, when he noticed his animals became livelier after eating a certain berry. He boiled the berries to make the first coffee. Certainly the first record of the drink is of beans exported from Ethiopia to Yemen where Sufis drank it to stay awake all night to pray on special occasions. By the late 15th century it had arrived in Mecca and Turkey from where it made its way to Venice in 1645. It was brought to England in 1650 by a Turk named Pasqua Rosee who opened the first coffee house in Lombard Street in the City of London. The Arabic qahwa became the Turkish kahve then the Italian caffé and then English coffee.

2 The ancient Greeks thought our eyes emitted rays, like a laser, which enabled us to see. The first person to realise that light enters the eye, rather than leaving it, was the 10th-century Muslim mathematician, astronomer and physicist Ibn al-Haitham. He invented the first pin-hole camera after noticing the way light came through a hole in window shutters. The smaller the hole, the better the picture, he worked out, and set up the first Camera Obscura (from the Arab word qamara for a dark or private room). He is also credited with being the first man to shift physics from a philosophical activity to an experimental one.

3 A form of chess was played in ancient India but the game was developed into the form we know it today in Persia. From there it spread westward to Europe – where it was introduced by the Moors in Spain in the 10th century – and eastward as far as Japan. The word rook comes from the Persian rukh, which means chariot.

4 A thousand years before the Wright brothers a Muslim poet, astronomer, musician and engineer named Abbas ibn Firnas made several attempts to construct a flying machine. In 852 he jumped from the minaret of the Grand Mosque in Cordoba using a loose cloak stiffened with wooden struts. He hoped to glide like a bird. He didn’t. But the cloak slowed his fall, creating what is thought to be the first parachute, and leaving him with only minor injuries. In 875, aged 70, having perfected a machine of silk and eagles’ feathers he tried again, jumping from a mountain. He flew to a significant height and stayed aloft for ten minutes but crashed on landing – concluding, correctly, that it was because he had not given his device a tail so it would stall on landing. Baghdad international airport and a crater on the Moon are named after him.

5 Washing and bathing are religious requirements for Muslims, which is perhaps why they perfected the recipe for soap which we still use today. The ancient Egyptians had soap of a kind, as did the Romans who used it more as a pomade. But it was the Arabs who combined vegetable oils with sodium hydroxide and aromatics such as thyme oil. One of the Crusaders’ most striking characteristics, to Arab nostrils, was that they did not wash. Shampoo was introduced to England by a Muslim who opened Mahomed’s Indian Vapour Baths on Brighton seafront in 1759 and was appointed Shampooing Surgeon to Kings George IV and William IV.

6 Distillation, the means of separating liquids through differences in their boiling points, was invented around the year 800 by Islam’s foremost scientist, Jabir ibn Hayyan, who transformed alchemy into chemistry, inventing many of the basic processes and apparatus still in use today – liquefaction, crystallisation, distillation, purification, oxidisation, evaporation and filtration. As well as discovering sulphuric and nitric acid, he invented the alembic still, giving the world intense rosewater and other perfumes and alcoholic spirits (although drinking them is haram, or forbidden, in Islam). Ibn Hayyan emphasised systematic experimentation and was the founder of modern chemistry.

7 The crank-shaft is a device which translates rotary into linear motion and is central to much of the machinery in the modern world, not least the internal combustion engine. One of the most important mechanical inventions in the history of humankind, it was created by an ingenious Muslim engineer called al-Jazari to raise water for irrigation. His 1206 Book of Knowledge of Ingenious Mechanical Devices shows he also invented or refined the use of valves and pistons, devised some of the first mechanical clocks driven by water and weights, and was the father of robotics. Among his 50 other inventions was the combination lock.

8 Quilting is a method of sewing or tying two layers of cloth with a layer of insulating material in between. It is not clear whether it was invented in the Muslim world or whether it was imported there from India or China. But it certainly came to the West via the Crusaders. They saw it used by Saracen warriors, who wore straw-filled quilted canvas shirts instead of armour. As well as a form of protection, it proved an effective guard against the chafing of the Crusaders’ metal armour and was an effective form of insulation – so much so that it became a cottage industry back home in colder climates such as Britain and Holland.

9 The pointed arch so characteristic of Europe’s Gothic cathedrals was an invention borrowed from Islamic architecture. It was much stronger than the rounded arch used by the Romans and Normans, thus allowing the building of bigger, higher, more complex and grander buildings. Other borrowings from Muslim genius included ribbed vaulting, rose windows and dome-building techniques. Europe’s castles were also adapted to copy the Islamic world’s – with arrow slits, battlements, a barbican and parapets. Square towers and keeps gave way to more easily defended round ones. Henry V’s castle architect was a Muslim.

10 Many modern surgical instruments are of exactly the same design as those devised in the 10th century by a Muslim surgeon called al-Zahrawi. His scalpels, bone saws, forceps, fine scissors for eye surgery and many of the 200 instruments he devised are recognisable to a modern surgeon. It was he who discovered that catgut used for internal stitches dissolves away naturally (a discovery he made when his monkey ate his lute strings) and that it can be also used to make medicine capsules. In the 13th century, another Muslim medic named Ibn Nafis described the circulation of the blood, 300 years before William Harvey discovered it. Muslims doctors also invented anaesthetics of opium and alcohol mixes and developed hollow needles to suck cataracts from eyes in a technique still used today.

11 The windmill was invented in 634 for a Persian caliph and was used to grind corn and draw up water for irrigation. In the vast deserts of Arabia, when the seasonal streams ran dry, the only source of power was the wind which blew steadily from one direction for months. Mills had six or 12 sails covered in fabric or palm leaves. It was 500 years before the first windmill was seen in Europe.

12 The technique of inoculation was not invented by Jenner and Pasteur but was devised in the Muslim world and brought to Europe from Turkey by the wife of the English ambassador to Istanbul in 1724. Children in Turkey were vaccinated with cowpox to fight the deadly smallpox at least 50 years before the West discovered it.

13 The fountain pen was invented for the Sultan of Egypt in 953 after he demanded a pen which would not stain his hands or clothes. It held ink in a reservoir and, as with modern pens, fed ink to the nib by a combination of gravity and capillary action.

14 The system of numbering in use all round the world is probably Indian in origin but the style of the numerals is Arabic and first appears in print in the work of the Muslim mathematicians al-Khwarizmi and al-Kindi around 825. Algebra was named after al-Khwarizmi’s book, Al-Jabr wa-al-Muqabilah, much of whose contents are still in use. The work of Muslim maths scholars was imported into Europe 300 years later by the Italian mathematician Fibonacci. Algorithms and much of the theory of trigonometry came from the Muslim world. And Al-Kindi’s discovery of frequency analysis rendered all the codes of the ancient world soluble and created the basis of modern cryptology.

15 Ali ibn Nafi, known by his nickname of Ziryab (Blackbird) came from Iraq to Cordoba in the 9th century and brought with him the concept of the three-course meal – soup, followed by fish or meat, then fruit and nuts. He also introduced crystal glasses (which had been invented after experiments with rock crystal by Abbas ibn Firnas – see No 4).

16 Carpets were regarded as part of Paradise by medieval Muslims, thanks to their advanced weaving techniques, new tinctures from Islamic chemistry and highly developed sense of pattern and arabesque which were the basis of Islam’s non-representational art. In contrast, Europe’s floors were distinctly earthly, not to say earthy, until Arabian and Persian carpets were introduced. In England, as Erasmus recorded, floors were “covered in rushes, occasionally renewed, but so imperfectly that the bottom layer is left undisturbed, sometimes for 20 years, harbouring expectoration, vomiting, the leakage of dogs and men, ale droppings, scraps of fish, and other abominations not fit to be mentioned”. Carpets, unsurprisingly, caught on quickly.

17 The modern cheque comes from the Arabic saqq, a written vow to pay for goods when they were delivered, to avoid money having to be transported across dangerous terrain. In the 9th century, a Muslim businessman could cash a cheque in China drawn on his bank in Baghdad.

18 By the 9th century, many Muslim scholars took it for granted that the Earth was a sphere. The proof, said astronomer Ibn Hazm, “is that the Sun is always vertical to a particular spot on Earth”. It was 500 years before that realisation dawned on Galileo. The calculations of Muslim astronomers were so accurate that in the 9th century they reckoned the Earth’s circumference to be 40,253.4km – less than 200km out. The scholar al-Idrisi took a globe depicting the world to the court of King Roger of Sicily in 1139.

19 Though the Chinese invented saltpetre gunpowder, and used it in their fireworks, it was the Arabs who worked out that it could be purified using potassium nitrate for military use. Muslim incendiary devices terrified the Crusaders. By the 15th century they had invented both a rocket, which they called a “self-moving and combusting egg”, and a torpedo – a self-propelled pear-shaped bomb with a spear at the front which impaled itself in enemy ships and then blew up.

20 Medieval Europe had kitchen and herb gardens, but it was the Arabs who developed the idea of the garden as a place of beauty and meditation. The first royal pleasure gardens in Europe were opened in 11th-century Muslim Spain. Flowers which originated in Muslim gardens include the carnation and the tulip.

“1001 Inventions: Discover the Muslim Heritage in Our World” is a new exhibition which began a nationwide tour this week. It is currently at the Science Museum in Manchester. For more information, go to www.1001inventions.com.