Mempererat Kembali Tali Ukhuwah

Salah satu urgensi syari’at Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah bahwa Kaum muslimin adalah bersaudara dan ummat yang satu, yang berkumpul baik dalam susah maupun dalam senang. Kehidupan dibangun dengan kekuatan, ketinggian, dan kemuliaan diatas jalan Allah SWT. Islam mengajak kedalam kalimat yang satu, baik itu dalam bidang politik, hukum, konstitusi, ekonomi dan sosial, pendidikan dan pengajaran, informasi, jihad, menjaga hak-hak umum dan khusus. Al-Qur’an telah menjelaskan dasar persatuan ummat, melarang perselisihan yang menjurus kepada perpecahan.

Al-Qur’an telah memperingatkan kita akan bahaya perpecahan yang memberi peluang kepada pihak lain. “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali(agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai dan ingatlah akan nikmat Allah ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara” (Q.S Ali Imran:103). Fakta yang mungkin kita lihat sekarang adalah diantara kita sering terjadi perselisihan yang disebabkan oleh perbedaan yang sebagian kita sepakat merupakan hal yang khilafiah. Yang lebih kita khawatirkan lagi perselisihan itu sudah menjurus kepada perpecahan ummat. Ummat sudah mulai membentuk firqah-firqah/golongan-golongan yang masing-masing mempunyai rasa superioritas yang tinggi atas golongan yang lain. Marilah kita tengok peringatan Allah dalam Al-Qur’an : “Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggungjawabmu terhadap mereka, sesungguhnya urusan mereka terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” Q.S Al-An’am:159

Kita tidak perlu mencari-cari siapakah firqah/golongan yang dimaksud dalam ayat diatas pada saat ini. Ada baiknya kita mencoba bercermin kepada diri kita sendiri, apakah selama ini kita telah berpijak diatas agama Allah dengan benar. Dalam ayat yang lain lebih jelas lagi sindiran dari Allah : “Sesungguhnya(agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah-belah menjadi beberapa pecahan, tiap-tiap golongan merasa bangga terhadap apa yang ada pada sisi mereka. Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai satu waktu.” Q.S Al-Mu’minuun:52-54

Sebagai contoh kecil adalah masalah perbedaan penetapan awal ramadhan yang kemarin dan ini bukanlah hal yang baru, karena sudah berlangsung juga bertahun-tahun yang lalu. Ada baiknya kita berbaik sangka kepada saudara-saudara kita keluarga besar Ahlussunnah yang tetap berpegang teguh kepada hasil rukyatul hilal yang dilakukan di pantai Tuban, Pelabuhan Ratu dan beberapa tempat yang lain, karena memang mereka belum bisa melihat hilal tanda bulan baru. Dan ada baiknya pula kita berbaik sangka kepada saudara-saudara kita yang lain yang berpegang teguh kepada hisab (rukyat bil ilmi) yang menurut perhitungan mereka bahwa seharusnya hilal sudah terlihat karena sudah diatas ufuk. Mungkin kebetulan juga ternyata hasil rukyatul hilal beda dengan penetapan di Arab Saudi. Namun demikian kita tidak perlu menganggap mereka ‘nyleneh’ alias lain sendiri. Sebagian besar ulama di Indonesia (dalam hal ini MUI) dalam masalah penentuan awal bulan Qamariah menggunakan rukyat dan hilal dengan prinsip ‘Wilayatul Hukmi’ artinya bila hisab ataupun rukyat disalah satu wilayah Indonesia menyatakan suatu saat adalah sudah masuk tanggal baru, maka hal itu berlaku untuk seluruh wilayah Indonesia. Dalam prinsip ‘Wilayatul Hukmi’ memungkinkan penetapan awal bulan baru kita berbeda dengan Arab Saudi dan mungkin dengan wilayah-wilayah yang lain yang terletak pada bujur yang berbeda. Apakah pada zaman rasul atau zaman sahabat pernah terjadi perbedaan seperti itu ??? kalau pada saat rasul masih hidup, saya belum menemukan riwayat hal yang demikian. Namun dalam Shahih Muslim ada sebuah riwayat tentang seorang yang bernama Kuraib yang disuruh untuk pergi ke Syam menemui Mu’awiyah. Ia berangkat menjelang masuknya bulan Ramadhan, ternyata pada tahun itu saat akhir bulan sya’ban hilal untuk awal bulan Ramadhan dapat dilihat di Syam, namun belum dapat dilihat di Madinah. Sehingga Ramadhan di Syam lebih dulu satu hari(perhitungan matahari) dari di Madinah. Ketika ia kembali ke Madinah ia bertemu dengan Ibnu Abbas. Ibnu Abbas bertanya kepadanya kapan hilal awal ramadhan muncul di Syam. Ia menjawab bahwa ia mengawali ramadhan di suatu saat yang ternyata lebih dulu daripada di Madinah. Kemudian ia pun balik bertanya kepada Ibnu Abbas, kenapa tidak mengikuti penduduk Syam yang dapat melihat hilal. Ibnu Abbas menjawab “Demikianlah Rasulullah memerintahkan kepada kami”. Hadist lengkapnya bisa dibaca di Shahih Muslim bab Shaum Ramadhan Pasal Penentuan Awal Ramadhan. Sebenarnya ada hikmah yang dapat kita ambil dari perbedaan penentuan awal ramadhan kemarin. Bagi yang menggunakan rukyat harus mengadakan evaluasi pada pelaksanaan rukyatnya, apakah mereka sudah melakukan dengan benar atau mungkin dengan lebih meningkatkan peralatan dan memperbanyak tempat-tempat pelaksanaan rukyat. Demikian juga bagi yang menggunakan hisab. Karena seharusnya hasil hisab dan rukyat yang dilakukan pada satu tempat adalah sama. Hal ini berdasarkan firman Allah : “Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” Q.S Yaasiin:38-40

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram [640]. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri [641] kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” Q.S At-Taubah:36

Sehingga diharapkan pada masa yang akan datang perbedaan-perbedaan seperti ini tidak terjadi lagi. Baru-baru ini Mesir mengorbitkan sebuah satelit yang diberi nama ‘Al-Hilal’ yang diharapkan nantinya dapat membantu menentukan awal bulan baru di semua negara.

Maha Suci Allah yang di tangan-Nya kekuasaaan atas segala sesuatu dan kepada-Nyalah kita kembali.

Bookmark the permalink.

Comments are closed.