Nasehat Tanpa Kata-kata

 

Kalau mendengar kata ‘nasehat’, biasanya persepsi kita akan terbawa kepada ucapan bijak orang-orang terkenal, perkataan orang-orang yang kita hormati atau sekedar petuah dari orang-orang pandai.

Tidak semua orang mampu menyampaikan maksud hatinya ataupun menyampaikan keinginan dalam hatinya dengan kata-kata.

Tidak semua orang mampu merangkai kata-kata yang dengan mudah orang bisa menangkap maksudnya.

Mungkin hanya politikus atau polikucing yang mampu melakukannya karena memang tugas utamanya adalah untuk menarik simpati dari massa pendukungnya.

Begitu sulitnya merangkai kata-kata ini hingga seorang Musa pun ketika ia diperintahkan untuk berdakwah kepada Firaun dia berdoa “Ya Tuhanku bukalah kebekuan lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku”.

Namun demikian apakah suatu nasehat harus dengan kata-kata?

Coba perhatikan sekeliling anda, perhatikan apa-apa yang dikerjakan oleh teman anda, perhatikan apa yang terjadi di lingkungan anda.

Boleh jadi apa yang dikerjakan oleh teman merupakan usaha dia untuk memberi nasehat kepada anda. Dia melakukan itu mungkin karena dia merasa belum bisa merangkai kata-kata yang pas dan cocok untuk mengingatkan anda. Begitu pula sebaliknya, anda bisa melakukan hal yang sama kepada orang lain bila anda juga belum bisa mendapatkan kata-kata yang cocok untuk memberi nasehat kepada teman anda.

Yang kita butuhkan memang bukan sekedar orang-orang yang mampu ‘bertindak dengan kata-kata’ seperti yang sekarang banyak kita jumpai dalam kehidupan kita. Namun lebih dari itu kita lebih memerlukan orang-orang yang mampu ‘berkata-kata dengan tindakan’.

Sebagaimana pengalaman adalah guru yang paling baik, maka kehidupan adalah nasehat yang paling bijaksana.

Bookmark the permalink.

Comments are closed.